Minggu, 26 Juli 2009

Distribusi Temperatur Alir Dalam Tubing

1.Pendahuluan

Perpindahan panas fluida yang mengalir dari dasar sumur kepermukaan melalui tubing menyebabkan terjadinya penurunan temperatur alir dalam tubing. Untuk perhitungan kehilangan tekanan alir dalam tubing baik untuk aliran 2 fasa atau aliran gas diperlukan dasar sifat fisika fluida yang mengalir, sepeti densitas, viscositas, tegangan permukaan, faktor volume formasi fluida dan sebagainya.

2.Proses perpindahan panas untuk aliran fluida dalam tubing.

Kinz dan Tixier menganalisa hasil survey temperatur alir pada sumur gas yang digabungkan dengan hasil data analisa Induction log dan Radioaktif log. Berdasarkan proses perpindahan panas tersebut, parameter yang mempengaruhi perpindahan panas adalah: konduktifitas panas formasi, konduktifitas tubing, annulus, casing, dan semen, kapasitas panas fluida dalam sumur gas dan cairan, gradien temperatur dalam arah horizontal, laju alir gas(kondensasi gas selama aliran), jenis aliran panas (konduksi, konveksi, atau radiasi).


Selengkapnya download di sini
Read More..

Rabu, 22 Juli 2009

Artificial Lift dengan HPU (Hydraulic Pumping Unit)

Hydraulic Pumping Unit (HPU) merupakan salah satu jenis dari sucker rod pump. Sucker rod pump digunakan sebagai salah satu alternatif sistem artificial lift. Penggunaan pompa ini dilakukan jika tidak tersedianya gas yang cukup di lapangan, sehingga sistem gas lift tidak dapat diterapkan.

Keuntungan menggunakan HPU adalah sebagai berikut:

1. HPU lebih mudah untuk dipindahkan dan dipasang dari satu sumur ke sumur lain karena tidak memerlukan pondasi, dan teknis penyetelannya sederhana.
2. Perubahan SPM (Stroke per Minute) dan panjang langkah (Stroke Length) lebih mudah. Dalam mengubah SPM tidak perlu mengganti pulley dan dalam penentuan stroke length tidak menggunakan alat berat untuk menggeser crank pin seperti pada pompa angguk.
3. Optimasi sumur dengan alat HPU dapat dilakukan secara tepat dan mudah dengan mengubah parameter kecepatan dan langkah pompa yang dapat dilakukan setiap saat dengan waktu yang lebih cepat, sehingga kehilangan produksi dapat diminimalkan.
4. Pengaturan langkah HPU lebih mudah karena tinggal mengubah setting hidrolik.
5. Pemakaian energi listrik lebih hemat dibandingkan pompa angguk.
6. Kehilangan produksi akan lebih dapat diminimalkan apabila pemasangan, pemindahan, dan pengaturan dapat dilakukan dengan lebih cepat.
7. Mengurangi resiko kebocoran stuffing box karena penempatan hydraulic jack lebih center.
8. Biaya sewa lebih murah dibandingkan pompa angguk.

Kerugian menggunakan HPU adalah sebagai berikut:

1. Tidak cocok untuk produksi besar (Q HPU bpd).
2. Kedalaman sumur terbatas (kedalaman pompa kurang dari 1000 ft)


Selengkapnya download di sini

Spesifikasinya download di sini
Read More..

Sabtu, 18 Juli 2009

Ditemukan Sumur Minyak Baru di Perbatasan Muba

PALEMBANG – Batas produksi minyak berkisar 20 tahun. Namun, kondisi tersebut sepertinya tidak berlaku di Provinsi Sumatera Selatan. Sebab, rata-rata cadangan minyak dari sumur yang ada di atas 10 tahun. Belum lagi jika ditemukan ladang minyak baru dengan potensi yang besar. Potensi Sumsel inilah yang menarik minat investor menanamkan modalnya di bidang perminyakan.

Setidaknya, hingga sekarang enam perusahaan minyak yang telah berproduksi. Keenam perusahaan itu, TAC Pertamina, Medco, Conoco Philip, Golden Spike Indonesia Ltd, PT Tetley dan Talisman Energy Inc. “Nah, ini ada satu lagi yang akan segera produksi dalam empat bulan ke depan yakni PT Sele Raya Merangin II. Artinya, sudah ada tujuh perusahaan minyak yang produksi,”jelas Kepala Dinas Pertambangan dan Energi, Ir Akhmad Bakhtiar Amin, kemarin.

PT Sele Raya menemukan sumur minyak baru dengan cadangan minyak mencapai 6 juta barel. Lokasinya berada di perbatasan Muba, Mura dan Sorolangun (Jambi). Sebelum melaksanakan proses produksi, pihak Sele Raya berkonsultasi dengan jajaran Pemprov Sumsel. Termasuk mendapatkan izin dari Menteri ESDM. “Mereka harus pula menawarkan 10persen participating interest kepada pemerintah daerah,”jelas Bakhtiar.

Saat ini, produksi minyak Sumsel per tahunnya sekitar 434 juta barel, sedang gas 104,331 juta barel. Cadangan berkisar 200 miliar barel. Jumlah tersebut diperkirakan baru akan habis 20 tahun ke depan jika produksinya berkisar 400-an juta barel per tahun.

Dikatakan, yang menjadi sorotan di bidang pertambangan, khususnya minyak dan gas bumi adalah masalah bagi hasil. Kecenderungan, pemerintah daerah yang wilayahnya terdapat tambang minyak dan gas tidak mendapatkan kontribusi pemasukan setara dengan potensi alam yang dikuras habis. Bukan karena pembagian tidak adil, tapi lantaran persentase bagi hasil yang begitu kecil.

Untuk minyak, tambah dia, bagi hasilnya hanya 15 persen dan gas 30 persen. Menurut Kadistamben, bagi hasil minyak 6 persen daerah penghasil, 3 persen bukan penghasil dan 3 persen pemerintah provinsi. Sisanya untuk pemerintah pusat.

Begitu pula untuk gas, 6 persen untuk daerah penghasil gas, 12 persen daerah bukan penghasil dan 6 persen pemerintah provinsi. Sisanya lagi-lagi untuk pemerintah pusat. “Kita inginnya kalau bisa pemerintah pusat mengkaji kembali besaran persentase bagi hasil tersebut agar ada kontribusi yang lebih besar bagi daerah,”tukasnya.

Tahun 2009, perkiraan dan bagi hasil minyak sekitar Rp250 miliar dan gas Rp500 miliar. Angka perkiraan ini lebih besar dari tahun 2008 lalu. Pihaknya menargetkan, penerimaan bagi hasil minyak dan gas tahun 2010 lebih besar dari tahun ini. “Setidaknya, ada kenaikan sekitar 10 persen dibanding yang akan kita terima tahun 2009 ini,”pungkas Bakhtiar.


Sumber : sumeks.co.id

Read More..

Eksplorasi Abiogenic Oil

Barangkali masih ingat pelajaran Kimia saat SMA dulu, katalisator adalah zat yang membantu mempercepat suatu reaksi kimia. Sintesis FT adalah paradigma anorganik, jelas tak bisa dikaitkan ke analisis tipe kerogen, TOC, rock-eval pyrolysis. Kalau di lingkungan geotektonik, bahan bakunya hanya CO atau CO2 hasil dekarbonasi karbonat yang masuk ke wilayah termal tinggi dan H dari proses serpentinisasi peridotit yang dibantu air laut.

Bagaimana melakukan peringkat prospek dan menghitung GCF-nya ? Tentu akan lain sekali dengan paradigma organik, juga menghitung volumetriknya. Belum ada yang spesifik tentang hal ini, tetapi yang saya bayangkan adalah menghitung : ketebalan karbonat, domain termal, berapa mudah degradasi termal karbonat, dll. Perangkap, reservoir, penyekat, dan jalur migrasi bisa sama dengan paradigma organik, yang berbeda hanya source rock dan proses maturasi serta ekspulsinya.

Dalam siklus Wilson, kebanyakan sintesis FT di lingkungan geotektonik ini yaitu pada tahapan subduction dan collision, dengan syarat ada lapisan karbonat tebal yang masuk ke zone collision dan subduction. Di Indonesia Timur, kandidat seperti itu banyak terjadi. Kalau benar terjadi, generated hydrocarbons-nya akan masuk ke pro-foreland basin atau retro-foreland basin hasil collision.

Sedikit lebih detail lagi adalah seperti di bawah ini.

Sintesis Fischer-Tropsch (FT) (Fischer dan Tropsch, 1923) merupakan suatu sintesis teknik kimia yang menghasilkan hidrokarbon sintetik dari gas-gas carbon monoxide atau carbon dioxide dan hidrogen dengan menggunakan katalis metallic iron atau iron-oxide. Hidrokarbon sintetik ini wujudnya bisa seperti gas, minyak maupun lilin - persis seperti hidrokarbon organic dari pematangan kerogen. Jerman dalam PD II membuat hidrokarbon sintetik ini, setahunnya bisa tujuh juta barel dihasilkan atau satu juta ton setahun. Tahun 1980, sebuah perusahaan di Afrika Selatan mampu membuat minyak sintetik melalui sintesis FT 127,000 bbl/hari. .

Proses F-T synthesis seperti fotosintesis yaitu menghasilkan senyawa organic melalui hidrogenasi (penambahan gugus H) secara katalitik (menggunakan katalisator) dan melakukan polimerisasi reduktif carbon monoxide atau carbon dioxide. Untuk membuat senyawa yang mirip campuran hidrokarbon, ikatan carbon-oxygen harus dilepaskan dulu dan menggantinya dengan ikatan carbon-carbon atau carbon-hydrogen melalui hidrogenasi. Katalis yang digunakan untuk keperluan ini umumnya logam Golongan 8 (besi, kobal, nikel, platina, dll) atau oksidanya.



Kondisi-kondisi FT synthesis ini bisa terjadi di alam. Bahan dasar dan energi yang dibutuhkan sintesis FT berlimpah di Bumi (CO2 atau CO, hydrogen, dan metallic iron atau iron oxide; dan bahang/panas).

Di Bumi, CO2 tersimpan dalam bentuk batuan karbonat, dulunya asal CO2 ini dari atmosfer purba. Simpanan CO2 di batuan karbonat ini 10.000 kali lebih banyak daripada yang ada di atmosfer. Simpanan CO2 di dalam batuan ini akan dibebaskan kembali melalui metamorfisme dan dekarbonasi. Temperatur yang diperlukan untuk decarbonation terdapat di wilayah2 subduction, intrusi magmatik, dan rifting. Dekarbonasi ini akan menghasilkan CO2 yang naik dari tempat dalam ke wilayah-wilayah accretionary prisms, backarc basins, foreland basin di collision zone, baik dengan atau tanpa aktivitas volkanisme.

Dari mana sumber hidrogen untuk keperluan hidrogenasi ? Dari serpentinisasi of peridotites/ophiolites. Peridotites yang berubah menjadi serpentinites akan melepaskan hidrogen dengan bantuan air pada temperatur di bawah 500° C. Bukti ini ditemukan pada proses serpentinisasi dalam berbagai temperatur di air sepanas 400° C yang keluar dari hydrothermal vents di East Pacific Rise. Sejumlah hidrogen juga telah ditemukan terbentuk di kompleks peridotit Oman ophiolites (Neal and Stanger, 1983). Dalam percobaan di laboratorium pun ditemukan bahwa hidrogen digenerasikan selama Janecky dan Seyfriend (1986) ketika mereka menggunakan airlaut untuk meng-serpentinisasi oceanic peridotites pada temperatur 200° and 300° C dan tekanan 500 bars.

Metallic iron-yang merupakan katalis utama F-T tak banyak terdapat di Bumi, dan walaupun ada cepat mengalami peracunan oleh sulfide, sulfate, dan chloride ions. Tetapi, catalysts F-T synthesis dapat juga dilakukan oleh iron oxides magnetite dan hematite yang lebih berlimpah kberadaannya dan kurang terpengaruh oleh sulfur poisoning daripada metallic iron.
Szatmari (Szatmari, 1989), ahli dari Petrobras yang telah banyak melakukan penelitian sistem hidrokarbon anorganik, melakukan eksperimen sintesis FT dan menunjukkan bahwa serpentinisasi dalam lingkungan yang kaya CO2 menghasilkan partial conversion CO2 menjadi hydrocarbons, khsusnya metana. methane. Pembentukan hidrokarbon menggunakan F-T synthesis bisa terjadi selama lithospheric plate interaction.

Lingkungan geotektonik yang paling sesuai untuk sintesis FT adalah subduction and collision zones in sebab subducted sediments-nya banyak mengandung carbonates atau ophiolite sheet-nya rebah (overthrusting) di atas karbonat. Air dan degassed carbon dioxide karena panas, naik dari subducted sediments sepanjang dasar ophiolites, menimbulakn kondisi serpentinisasi, reducsi H2O dan CO2, and sintesisnya menuu hydrocarbons. Berat ophiolite thrust sheets membantu migrasi fluida yang dihasilkan. Keberadaan vertical faults sebagai conduits cukup penting.

Sumber : http://geologi.iagi.or.id/
Read More..

Terjadinya Minyak Bumi : Biogenic and/or Abiogenic

Perdebatan tentang asal hidrokarbon apakah digenerasi secara biogenik (organik) dan/atau abiogenik (anorganik) masih terus berlangsung. Kedua kubu pemikiran bisa dipertemukan pada Juni 2005 di Calgary, Canada pada suatu konferensi yang disponsori AAPG –Hedberg Research Conference on “Origin of Petroleum”. Suatu ciri bahwa teori anorganik tidak lagi dipandang apriori. Laporan tentang konferensi ini baru dipublikasikan pada AAPG Bulletin edisi Mei 2008 (Katz dkk., 2008). Laporan ini saya pikir netral alias tidak memihak kepada satu kubu sebab ditulis secara bersama oleh para pendukung teori biogenic dan/atau abiogenic.

Memahami hidrokarbon asal organik atau anorganik tentu bukan sekedar memuaskan dahaga akademik dan sains, teori apa yang diterima atau diterapkan akan menentukan bagaimana suatu strategi eksplorasi dijalankan, ke mana ia akan mengarahkan eksplorasinya, misalnya : ke cekungan sedimen yang menjauhi intrusi magmatik, atau malahan mendekatinya.

Dalam konferensi itu dibahas 14 makalah yang mendiskusikan data dan bukti tentang asal hidrokarbon secara biogenic dan abiogenic. Di kubu organic antara lain ada : Claypool, Dow dan Moldowan. Di pihak anorganik ada : Leonov, Szatmari, dan Titkov. Berbagai konsep tentang cara pembentukan hidrokarbon secara abiogenic dipaparkan. Secara garis besar, konsep-konsep abiogenic ini dapat dibagi menjadi dua : mantle degassing yang berasosiasi dengan polimerisasi senyawa dengan berat molekul rendah, dan serpentinisasi yang berhubungan dengan reaksi Fischer-Tropsch (FT) Reaksi FT adalah reaksi dengan katalisator yang mengubah CO dan H menjadi hidrokarbon. Presentasi asal biogenic menghadirkan model tunggal yang sudah kita ketahui dengan baik : zat organic di dalam sediment secara termal diubah menjadi minyak dan gas.

Dilaporkan oleh Katz dkk. (2008) bahwa secara umum bisa dikatakan tak ada kesepakatan di antara dua kubu pemikiran itu, tetapi semua peserta konferensi mengakui bahwa pertemuan ini penting, informatif, membawa pekerjaan rumah untuk setiap kubu pemikiran buat dilakukan evaluasi-evaluasi lanjutan.

Ringkasan pertemuan dan diskusi para ahli adalah seperti berikut ini.

Diamati bahwa akumulasi hidrokarbon anorganik dalam jumlah kecil yang tak ekonomis memang terjadi di beberapa tempat. Belum jelas untuk para penyokong organic bahwa ada akumulasi anorganik yang komersial. Klaim hidrokarbon di crystalline basement yang oleh para pendukung anorganik dikatakan sebagai bukti abiogenik ternyata dapat dikorelasikan dengan batuan induk dari sediment yang menutupi basement itu atau yang posisinya lebih rendah dari basement high (seperti kasus gas di Suban basement yang source-nya berasal dari Lemat/Talang Akar).

Beberapa mekanisme anorganik juga melibatkan tahapan organic yang mengubah metana asal mantel menjadi hidrokarbon yang lebih berat, atau terjadi bersamaan dengan mekanisme organic. Diakui bahwa mekanisme anorganik bisa memperpanjang umur sumberdaya hidrokarbon secara global yang saat ini hanya berdasarkan mekanisme organic. Tetapi, dengan tidak adanya mekanisme anorganik yang tunggal, sulit untuk menerapkan secara efektif program-program eksplorasi yang berdasarkan konsep anorganik. Para pendukung organic berpendapat bahwa konsep anorganik tak menghadirkan lokasi-lokasi mana yang spesifik untuk dilakukan eksplorasi secara anorganik, dan konsep ini juga belum memiliki cara bagaimana menghitung volume hidrokarbonnya (kalau menghitung volume hidrokarbon organic dari suatu kitchen sediment tentu sudah biasa dilakukan).

Biogenic origin juga punya beberapa kesulitan, misalnya issue fungsi batubara dalam pembentukan hidrokarbon (minyak khususnya), masalah efisiensi ekspulsi dan proses migrasi. Mekanisme tunggal pembentukan hidrokarbon secara organic memudahkan merumuskan strategi eksplorasi dan estimasi volumetrik. Kita bisa mengestimasi di mana banyak zat organic di cekungan sediment diendapkan, di mana zat organic di dalam sediment yang matang, berapa jumlahnya, ke mana kecenderungan migrasinya, dan lain-lain.

Baik kubu anorganik maupun organic mempunyai tema riset bersama : migrasi fluida di bawah permukaan. Penyokong anorganik punya PR menjawab bagaimana fluida termasuk gas bermigrasi dari mantel dan kerak Bumi melalui lapisan-lapisan Bumi yang impermeable kemudian memasuki cekungan sediment. Penyokong organic punya PR menyangkut efisiensi migrasi dan bagian yang hilang selama terjadi migrasi.

Dilaporkan Katz dkk (2008) bahwa semua peserta merasa puas dengan konferensi ini walaupun pada umumnya mereka tetap berpendapat sesuai kubu pemikiran sebelumnya, tetapi mereka punya pandangan-pandangan baru hasil tukar-menukar ide, tantangan-tantangan yang diajukan pihak “lawan”. Ini semua akan menjadi bahan kajian lebih lanjut untuk memperluas horizon berpikir.

Demikian status terkini tentang perkembangan teori asal hidrokarbon. Terlampir abstrak makalah yang pernah saya tulis mencoba menerapkan sintesis FT dalam eksplorasi hidrokarbon di Indonesia Timur.

Sumber : http://geologi.iagi.or.id/
Read More..

Kamis, 16 Juli 2009

Potensi Pengembangan Biodiesel di Indonesia




Hingga saat ini Indonesia masih sangat bergantung pada bahan bakar berbasis fosil sebagai sumber energi. Data yang didapat dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukkan bahwa dengan persediaan minyak mentah di Indonesia, yaitu sekitar 9 milyar barrel, dan dengan laju produksi rata-rata 500 juta barrel per tahun, persediaan tersebut akan habis dalam 18 tahun. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi dan memenuhi persyaratan lingkungan global, satu-satunya cara adalah dengan pengembangan bahan bakar alternatif ramah lingkungan.

Pemilihan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif berbasis pada ketersediaan bahan baku. Minyak rapeseed adalah bahan baku untuk biodiesel di Jerman dan kedelai di Amerika. Sedangkan bahan baku yang digunakan di Indonesia adalah crude palm oil (CPO). Selain itu, masih ada potensi besar yang ditunjukan oleh minyak jarak pagar (Jathropa Curcas) dan lebih dari 40 alternatif bahan baku lainnya di Indonesia.




Indonesia adalah penghasil minyak sawit terbesar kedua setelah Malaysia dengan produksi CPO sebesar 8 juta ton pada tahun 2002 dan akan menjadi penghasil CPO terbesar di dunia pada tahun 2012. Dengan mempertimbangkan aspek kelimpahan bahan baku, teknologi pembuatan, dan independensi Indonesia terhadap energi diesel, maka selayaknya potensi pengembangan biodiesel merupakan potensi pengembangan biodiesel sebagai suatu alternatif yang dapat dengan cepat diimplementasikan.

Walaupun pemerintah Indonesia menunjukkan ketertarikan yang besar terhadap pengembangan biodiesel, pemerintah tetap bergerak pelan dan juga berhati-hati dalam mengimplementasikan hukum pendukung bagi produksi biodiesel. Pemerintah memberikan subsidi bagi biodiesel, bio-premium, dan bio-pertamax dengan level yang sama dengan bahan bakar fosil, padahal biaya produksi biodiesel melebihi biaya produksi bahan bakar fosil. Hal ini menyebabkan Pertamina harus menutup sendiri sisa biaya yang dibutuhkan.

Sampai saat ini, payung hukum yang sudah disediakan oleh pemerintah untuk industri biofuel, dalam bentuk Keputusan Presiden ataupun Peraturan Perundang-undangan lainny, adalah sebagai berikuti:
1.Peraturan Presiden No. 5/2006 tentang Kebijaksanaan Energi Nasional
2.Instruksi Presiden No. 1/2006 tentang Pengadaaan dan Penggunaan Biofuel sebagai Energi Alternatif
3.Dektrit Presiden No. 10/2006 tentang Pembentukan team nasional untuk Pengembangan Biofuel

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional menyebutkan pengembangan biodiesel sebagai energi terbarukan akan dilaksakan selama 25 tahun, dimulai dengan persiapan pada tahun 2004 dan eksekusi sejak tahun 2005. Periode 25 tahun tersebut dibagi dalam tiga fasa pengembangan biodiesel. Pada fasa pertama, yaitu tahun 2005-2010, pemanfaatan biodiesel minimum sebesar 2% atau sama dengan 720.000 kilo liter untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak nasional dengan produk-produk yang berasal dari minyak castor dan kelapa sawit.

Fasa kedua (2011-2015) merupakan kelanjutan dari fasa pertama akan tetapi telah digunakan tumbuhan lain sebagai bahan mentah. Pabrik-pabrik yang dibangun mulai berskala komersial dengan kapasitas sebesar 30.000 – 100.000 ton per tahun. Produksi tersebut mampu memenuhi 3% dari konsumsi diesel atau ekivalen dengan 1,5 juta kilo liter. Pada fasa ketiga (2016 – 2025), teknologi yang ada diharapkan telah mencapai level ‘high performance’ dimana produk yang dihasilkan memiliki angka setana yang tinggi dan casting point yang rendah. Hasil yang dicapai diharapkan dapat memenuhi 5% dari konsumsi nasional atau ekivalen dengan 4,7 juta kilo liter. Selain itu juga terdapat Inpres Nomor 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai bahan bakar lain. Hal-hal ini menunjukkan keseriusan Pemerintah dalam penyediaan dan pengembangan bahan bakar nabati. (Rahayu, 2006)

Hingga Mei 2007, Indonesia telah memiliki empat industri besar yang memproduksi biodiesel dengan total kapasitas 620.000 ton per hari. Industri-industri tersebut adalah PT Eterindo Wahanatama (120.000 ton/tahun – umpan beragam), PT Sumi Asih (100.000 ton/tahun – dengan RBD Stearin sebagai bahan mentah), PT Indo BBN (50.000 ton/tahun – umpan beragam), Wilmar Bioenergy (350.000 ton/tahun dengan CPO sebagai bahan mentah), PT Bakrie Rekin Bioenergy (150.000 ton/tahun) dan PT Musim Mas (100.000 ton/tahun). Selain itu juga terdapat industri-industri biodiesel kecil dan menengah dengan total kapasitas sekitar 30.000 ton per tahun, seperti PT Ganesha Energy, PT Energi Alternatif Indonesia, dan beberapa BUMN.



Peluang untuk mengembangkan potensi pengembangan biodiesel di Indonesia cukup besar, mengingat saat ini penggunaan minyak solar mencapai sekitar 40 % penggunaan BBM untuk transportasi. Sedang penggunaan solar pada industri dan PLTD adalah sebesar 74% dari total penggunaan BBM pada kedua sektor tersebut. Bukan hanya karena peluangnya untuk menggantikan solar, peluang besar biodiesel juga disebabkan kondisi alam Indonesia. Indonesia memiliki beranekaragam tanaman yang dapat dijadikan sumber bahan bakar biodiesel seperti kelapa sawit dan jarak pagar. Pada saat ini, biodiesel (B-5) sudah dipasarkan di 201 pom bensin di Jakarta dan 12 pom bensin di Surabaya.

Sumber : http://majarimagazine.com/wp-content/uploads/2009/06/biofuel-producer-indonesia.jpg/

Read More..

Energi Geothermal

Anda sering mendengar geothermal? Istilah geotermal berasal dari bahasa Yunani, geo yang berarti bumi dan therme berarti panas. Energi geotermal merupakan energi yang dibangkitkan dari panas yang tersimpan di bawah permukaan bumi. Sumber energi ini merupakan salah satu alternatif yang diharapkan dapat menyelesaikan ketergantungan dunia terhadap bahan bakar fosil.

Energi di dalam Bumi

Bumi terbagi menjadi beberapa lapisan yaitu: perut bumi, mantel bumi, dan kulit bumi sebagai lapisan terluar. Setiap 100 meter kita turun ke dalam perut bumi, temperatur bebatuan cair yang ada di dalam bumi lebih tinggi sekitar 3°C dari bebatuan di atasnya. Semakin jauh ke dalam perut bumi, temperatur batu-batuan maupun lumpur akan semakin tinggi. Bila suhu di permukaan bumi adalah 27°C maka pada kedalaman 100 meter suhu bebatuan mencapai sekitar 30°C. Untuk kedalaman 1 kilometer suhu batu-batuan dan lumpur mencapai 57-60°C, dan bila kita ukur pada kedalaman 2 kilometer, suhu batuan dan lumpur bisa mencapai 120°C atau lebih.




Di dalam kulit bumi, ada kalanya aliran air berada dekat dengan batu-batuan panas yang temperaturnya bisa mencapai 148°C. Air tersebut tidak menjadi uap (steam) karena tidak ada kontak dengan udara. Bila air panas tersebut keluar ke permukaan bumi melalui celah atau retakan di kulit bumi, maka akan timbul air panas yang biasa disebut dengan hot spring. Air panas alam (hot spring) ini biasa dimanfaatkan untuk kolam air panas dan banyak pula yang sekaligus dijadikan tempat wisata. Di Indonesia, banyak sumber air panas alami yang dimanfaatkan sebagai sarana pemandian dan tempat wisata seperti Ciater, Cipanas-Garut, Sipoholon dan Desa Hutabarat di Tarutung, Lau Debuk-debuk di Tanah Karo, dan beberapa tempat lainnya di penjuru tanah air.

Pembangkit Listrik Tenaga Geotermal

Air panas alam (hot spring) dapat juga dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga listrik. Apabila air panas alam mengalami kontak dengan udara karena fraktur atau retakan, maka semburan akan keluar melalui retakan tersebut dalam bentuk air panas dan uap panas (steam). Air panas dan steam inilah yang kemudian dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik. Agar energi geotermal dapat dikonversi menjadi energi listrik, tentunya diperlukan sebuah sistem pembangkitan listrik (power plants). Berikut ini merupakan teknologi-teknologi yang digunakan dalam pembangkit listrik geotermal:

1.Dry steam power plant

Pembangkit tipe ini adalah yang pembangkit listrik geotermal yang pertama kali ada. Pada tipe ini, uap panas (steam) langsung diarahkan ke turbin serta mengaktifkan generator untuk bekerja menghasilkan listrik. Sisa panas yang datang dari production well dialirkan kembali ke dalam reservoir melalui injection well.



2.Flash steam power plant
Panas bumi yang berupa fluida, misalnya air panas alam (hot spring) di atas suhu 175°C, dapat digunakan sebagai sumber pembangkit flash steam power plant. Fluida panas tersebut dialirkan kedalam tangki flash yang tekanannya lebih rendah sehingga terjadi uap panas dengan laju alir yang tinggi. Uap panas yang disebut dengan flash inilah yang menggerakkan turbin untuk mengaktifkan generator yang kemudian menghasilkan listrik. Sisa panas yang tidak terpakai masuk kembali ke reservoir melalui injection well.



3.Binary-cycle power plant (BCPP)
BCPP menggunakan prinsip teknologi yang berbeda dengan kedua teknologi yang sebelumnya sudah ada (dry steam dan flash steam). Pada BCPP, air panas atau uap panas yang berasal dari sumur produksi (production well) tidak pernah menyentuh turbin. Air panas bumi digunakan untuk memanaskan apa yang disebut dengan working fluid pada heat exchanger. Temperatur working fluid kemudian akan meningkat dan menghasilkan uap berupa flash. Uap yang dihasilkan di heat exchanger dialirkan untuk memutar turbin yang selanjutnya menggerakkan generator untuk menghasilkan sumber daya listrik. Uap panas yang dihasilkan di heat exchanger inilah yang disebut sebagai secondary (binary) fluid. Binary cycle power plant merupakan sistem aliran tertutup karena tidak ada materi yang dilepas ke atmosfer. Keunggulan dari BCPP ialah pengoperasiannya yang dapat dilakukan pada suhu rendah, yaitu sekitar 90-175°C.



Kelebihan energi geotermal dibandingkan dengan sumber energi lainnya ialah sifat energi geotermal yang bersih, bahkan terbersih jika dibandingkan minyak bumi, batubara, dan nuklir. Hal ini dikarenakan emisi pembangkit geotermal sangatlah rendah, dan bahkan secara teoritis emisinya sama dengan nol. Walaupun begitu, energi geotermal tetap mempunyai kekurangan yaitu biaya instalasi awalnya yang sangat mahal.
Geotermal di Indonesia

Di Indonesia, energi geotermal belum dimanfaatkan dengan baik. Sebagian besar sumber energi geotermal hanya dimanfaatkan sebagai tempat wisata dan hanya sedikit yang dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik seperti Wayang Windu yang terdapat di Pangalengan, Jawa Barat. Padahal, dengan meningkatnya kebutuhan energi dunia ditambah lagi dengan semakin tingginya kesadaran akan kebersihan dan keselamatan lingkungan, maka energi geotermal akan mempunyai masa depan yang cerah.

Salah satu perusahaan energi dunia yang mengelola energi geotermal di Indonesia ialah Chevron, dengan dua unit geotermalnya yang dibangun di daerah Garut dan Sukabumi, Jawa Barat. Perusahaan-perusahaan energi nasional sendiri belum melakukan pemanfaatan yang cukup signifikan. Karena itu, energi geotermal di Indonesia hendaknya mendapat perhatian yang lebih baik agar pemanfaatannya dapat menjadi lebih optimal mengingat banyaknya sumber geotermal di sepanjang Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. Tidak menutup kemungkinan bahwa kelak Indonesia dapat menjadi negara pengekspor listrik.

Sumber : http://pertamina.com /
Read More..

Eksplorasi Energi Panas Bumi

Energi panasbumi merupakan hal baru, tepatnya dasar-dasar pemikiran dan perencanaanya masih dalam pengembangan serta menjadi perdebatan. Seiring dengannya beberapa energi panasbumi diantaranya telah berproduksi dan sebagian lainnya telah cukup ekonomis untuk diproduksi. Sebagai hasilnya sulit untuk mengevaluasi eksplorasi dan teknik yang digunakan pada penelitian tersebut.

Eksplorasi ini mengacu pada konsep pencarian di daerah luas, kemudian ke daerah yang patut dipertimbangkan sebagai area cadang panasbumi. Pada awal investigasi daerah yang luas teknik yang dipakai masih sederhana dan murah, tetapi bila menuju ke daerah yang lebih kecil kepercayaan akan bertambah dan teknik yang diikut sertakan. Pada akhirnya ekplorasi panasbumi akan berlanjut teknik yang paling mahal yaitu “Wild Cat Well” untuk menguji kelayakannya.


REMBESAN DAN REMBESAN FOSIL

Kebocoran fluida pada tudung impermeabel hampir selalu ada pada sistem panas bumi yang dapat dilihat dipermukaan sebagai fumarol, geysers, hot/warm spring dan lumpur panas.

Rembesan fosil dapat berupa endapan traverfit dan silika yang mengindikasikan pada daerah tersebut pernah ada suatu sistem panasbumi. Umumnya rembesan fosil adalah hasil dari seismik pada rekahan caprock dan fluida yang lolos kepermukaan atau air tanah yang dekat permukaan. Rembesan juga dapat menyediakan informasi kuantitatif kondisi alamiah reservoir dan kandungan fluida di dalamnya.

Selengkapnya download di sini

Sumber : http://dardiri.multiply.com/
Read More..

Energi Panas Bumi (Geothermal Energy)

Energi panas bumi adalah energy yang tersimpan dalam batuan di bawah permukaan bumi dan fluida yang terkandung di dalamnya. Energi panas bumi telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di Italia sejak tahun 1913 dan di New Zealand sejak tahum 1958. Pemanfaatan energy panas bumi untk sektor non-listrik (direct use) telah berlangsung di Iceland sekitas 70 tahun. Meningkatnya kebutuhan akan energy sert meningkatnya harga minyak khususnya pada tahun 1973 dan 1979 telah memacu Negara-negara lain, termasuk Amerika Serikat, untuk mengurangi ketergantungan mereka pada minyak dngan cara memenfaatkan energy panas bumi. Saat ini energy panas bumi telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di 24 negara, termasuk Indonesia. Di samping itu fluia panas bumi juga dimanfaatkan untuk sector non-listrik di 72 negara, antara lan untuk pemanasan ruangan, pemanas air, pmanas rumah kaca, pengeringan produk pertanian, pemanasan tanah, pengeringan kayu, kertas dan lainnya.

Energi panas bumi adalah energi yang diekstraksi dari panas yang tersimpan di dalam bumi. Energi panas bumi ini berasal dari aktivitas tektonik di dalam bumi yang terjadi sejak planet ini diciptakan. Panas ini juga berasal dari panas matahari yang diserap oleh permukaan bumi. Energi ini telah dipergunakan untuk memanaskan (ruangan ketika musim dingin atau air) sejak peradaban Romawi, namun sekarang lebih populer untuk menghasilkan energi listrik. Sekitar 10 Giga Watt pembangkit listrik tenaga panas bumi telah dipasang di seluruh dunia pada tahun 2007, dan menyumbang sekitar 0.3% total energi listrik dunia.


Selengkapnya download di sini
Read More..

Minggu, 12 Juli 2009

EVALUASI LOGGING SUMUR

LOGGING adalah kegiatan untuk merekam karakteristik batuan sebagai fungsi kedalaman.
1. Pencatatan ketika kegiatan pemboran masih berjalan, dengan media lumpur, sering disebut sebagai MUD LOGGING.
Data yang diperoleh: Jenis Batuan, Kekerasan Batuan, Kandungan Fluida.

2.Pencatatan setelah kegiatan pemboran selesai, media yang digunakan adalah kabel, disebut WIRELINE LOGGING.

Data yang didapat: Resistivity Batuan, Beda Potensial ketebalan mud cake, Densitas Batuan, Sifat Radioaktif Batuan, Sifat Rambat Suara, Temperatur Formasi, dll.


Selengkapnya download di sini
Read More..

Gas alam

Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa, adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana CH4). Ia dapat ditemukan di ladang minyak, ladang gas bumi dan juga tambang batu bara. Ketika gas yang kaya dengan metana diproduksi melalui pembusukan oleh bakteri anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fosil, maka ia disebut biogas. Sumber biogas dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat pembuangan akhir sampah, serta penampungan kotoran manusia dan hewan.

Komposisi kimia

Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang merupakan molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas alam juga mengandung molekul-molekul hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C2H6), propana (C3H8) dan butana (C4H10), selain juga gas-gas yang mengandung sulfur (belerang). Gas alam juga merupakan sumber utama untuk sumber gas helium.

Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global ketika terlepas ke atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang sumber energi yang berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan ozon, memproduksi karbon dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana yang terlepas ke udara relatif hanya berlangsung sesaat. Sumber metana yang berasal dari makhluk hidup kebanyakan berasal dari rayap, ternak (mamalia) dan pertanian (diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan 100 juta ton per tahun secara berturut-turut).

Selengkapnya download di sini
Read More..

Rabu, 08 Juli 2009

Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah salah satu kelompok utama batuan yang merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang berarti "perubahan bentuk". Protolith yang dikenai panas (lebih besar dari 150 °Celsius) dan tekanan ekstrim akan mengalami perubahan fisika dan/atau kimia yang besar. Protolith dapat berupa batuan sedimen, batuan beku, atau batuan metamorf lain yang lebih tua. Beberapa contoh batuan metamorf adalah gneis, batu sabak, batu marmer, dan skist.

Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk yang lain, dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf sendiri yang telah mengalami proses/perubahan mineralogi, tekstur maupun struktur sebagai akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang tinggi.

Selengkapnya download di sini

Sumber : Dari berbagai Sumber
Read More..

Eksplorasi Minyak Bumi

Eksplorasi atau pencarian minyak bumi merupakan suatu kajian panjang yang melibatkan beberapa bidang kajian kebumian dan ilmu eksak. Untuk kajian dasar, riset dilakukan oleh para geologis, yaitu orang-orang yang menguasai ilmu kebumian. Mereka adalah orang yang bertanggung jawab atas pencarian hidrokarbon tersebut.

Perlu diketahui bahwa minyak di dalam bumi bukan berupa wadah yang menyerupai danau, namum berada di dalam pori-pori batuan bercampur bersama air. Ilustrasinya seperti gambar di bawah ini.




Selengkapnya download di sini

Sumber : http://id.wikipedia.org/
Read More..

Batubara Secara Umum

Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu (jtl), adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit batu bara (black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk.

Pada Zaman Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke Zaman Tersier (70 - 13 jtl) di berbagai belahan bumi lain.



Selengkapnya download di sini
Sumber : http://id.wikipedia.org/
Read More..

Selasa, 07 Juli 2009

Identifikasi Lapisan Batubara Dari Segi Geokimia Anorganik

1 Pendahuluan

Beberapa jenis unsur dapat menjadi parameter identifikasi lapisan yang berguna dalam korelasi stratigrafi lapisan dan menunjukkan kecenderungan jenis mineral serta asosiasinya dengan golongan maseral. Kelimpahan unsur jejak V, Ni, Cr, Co, Mo, Cu, Zn, Pb, Mn, Sn, Sr, Ba, Cd, As, dan Ag (dari analisis kimia abu batubara) serta beberapa unsur yang umumnya bukan tergolong jejak, yaitu Si, Al, Ca, Mg, Fe, Na, dan K (dari analisis kimia fraksi batubara) dalam lapisan batubara, dapat digunakan sebagai parameter identifikasi lapisan batubara.

Penelitian ini dilakukan pada satu lapisan batubara tertentu yang terdapat pada urutan lapisan batubara (coal measure) dalam Formasi Balikpapan, cekungan Kutei, Kalimantan Timur (Gambar 1). Penentuan kelimpahan unsur ditentukan pada 5 percontoh inti-bor, tersebar sepanjang 1300 m dalam arah jurus lapisan.

Untuk mengetahui kecenderungan asosiasi mineral dengan golongan maseral, percontoh ukuran -100 mesh dipisahkan menjadi fraksi dengan rapat massa <> 1,45 g/cc dengan menggunakan prosedur sink and float. Perbedaan kelimpahan unsur yang ditentukan pada abu dan batubara diharapkan dapat menunjukkan kecederungan asal organik atau anorganik (dari mineral) dari unsur tersebut.

Asal organik atau anorganik dari unsur jejak yang ditentukan pada abu dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi statistik, berdasarkan data umum peneliti terdahulu. Identifikasi lapisan memakai unsur jejak ini ditentukan dengan analisis principal component.

Selengkapnya download di sini!!



Read More..

Spontanous Combustion

Spontanous Combustion

Pembakaran secara spontan adalah merupakan fenomena alami dan juga disebut pembakaran sendiri. Hal ini disebabkan terjadinya reaksi zat organic dengan oxygen dari udara. kecepatan reaksi oksidasi sangat bervariasi antara suatu zat dengan yang lainnya.

Pembakaran akan terjadi apabila terdapat segi tiga api atau dikenal sebagai fire triangle yakni terdapat bahan bakar,oksidan (udara/oxygen) dan panas (heat). untuk meniadakan kebakaran sedikitnya kita harus meniadakan salah satu komponen dari fire triangle tersebut.

Batubara sebagai zat organik yang mengandung gas methan, mudah terbakar karena beroksidasi dengan oxygen dari udara. Spontanous kebakaran ini dapat dikontrol dan ditangani secara benar dengan mengetahui faktor faktor dibawah ini:

1. Kondisi batubara antara lain:
o Rank batubara dan typenya
o Kadar air (moisture)
o Penyebaran ukuran (zise distribution)
o Kadar pyretic sulphur
o Komponen maceral
2. Rank batubara
Rank batubara sangat ditentukan oleh perubahan yang terjadi ditanaman asalnya makin tinggi perubahannya makin tinggi mutu / rank batubara tersebut hal ini tidak dapat diubah karenan dari alam yang dapat dilakukan adalah memilih batubara dari lokasi tambang yang cocok untuk keperluan, rank batubara dibagi dalam dalam dua ranking:

• Batubara rangking rendah (brow coal, lignit, sub-bituminus coal)
• Batubara rangking tinggi (bituminus coal dan anthrace)

Selengkapnya download di sini!!



Read More..

Manajemen Stockpile Batubara

Stockpile Management berfungsi sebagai penyangga antara pengiriman dan proses. sebagai sediaan strategis terhadap gangguan yang bersifat jangka pendek atau jangka panjang. Stockpile juga berfungsi sebagai proses homogenisasi dan atau pencampuran batubara untuk menyiapkan kualitas yang dipersyaratkan.

Disamping tujuan di atas di stockpile juga digunakan untuk mencampur batubara supaya homogenisasi bertujuan untuk menyiapkan produk dari satu tipe material dimana fluktuasi di dalam kualitas batubara dan distribusi ukuran disamakan . Dalam proses homogenisasi ada dua tipe yaitu bleding dan mixing.

Bleding bertujuan untuk memperoleh produk akhir dari dua atau lebih tipe batubara yang lebih dikenal dengan komposisi kimia dimana batubara akan terdistribusi secara merata dan tanpa ada lagi jumlah yang cukup besar untuk mengenali salah satu dari tipe batu bara tersebut ketika proses pengambilan contoh dilakukan. Dalam proses blending batubara harus tercampur secara merata. Sedangkan mixing merupakan salah satu tipe batubara yang tercampur masih dapat dilokasikan dalam kuantitas kecil dari hasil campuran material dari dua atau lebih tipe batubara.

Proses penyimpanan, bisa dilakukan:

• Dekat tambang, biasanya masih berupa lumpy coal
• Dekat Pelabuhan
• Ditempat Pengguna batubara

Selengkapnya download di sini!!



Read More..

Tahapan Penambangan Batubara

TAHAPAN PENAMBANGAN BATUBARA

Tahapan kegiatan penambangan batubara yang diterapkan untuk tambang terbuka adalah sebagai berikut :

1. Persiapan

Kegiatan ini merupakan kegiatan tambahan dalam tahap penambangan. Kegiatan ini bertujuan mendukung kelancaran kegiatan penambangan. Pada tahap ini akan dibangun jalan tambang (acces road), stockpile, dll.

2. Pembersihan lahan (land clearing)

Kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan daerah yang akan ditambang mulai dari semak belukar hingga pepohonan yang berukuran besar. Alat yang biasa digunakan adalah buldozer ripper dan dengan menggunakan bantuan mesin potong chainsaw untuk menebang pohon dengan diameter lebih besar dari 30 cm.

3. Pengupasan Tanah Pucuk (top soil)

Maksud pemindahan tanah pucuk adalah untuk menyelamatkan tanah tersebut agar tidak rusak sehingga masih mempunyai unsur tanah yang masih asli, sehingga tanah pucuk ini dapat diguanakan dan ditanami kembali untuk kegiatan reklamasi.
Tanah pucuk yang dikupas tersebut akan dipindahkan ke tempat penyimpanan sementara atau langsung di pindahkan ke timbunan. Hal tersebut bergantung pada perencanaan dari perusahaan.


4. Pengupasan Tanah Penutup (stripping overburden)
Bila material tanah penutup merupakan material lunak (soft rock) maka tanah penutup tersebut akan dilakukan penggalian bebas. Namun bila materialnya merupakan material kuat, maka terlebih dahulu dilakukan pembongkaran dengan peledakan (blasting) kemudian dilakukan kegiatan penggalian. Peledakan yang akan dilakukan perlu dirancang sedemikian rupa hingga sesuai dengan produksi yang diinginkan.

Selengkapnya download di sini



Read More..

Gambaran Umum Batubara

A. Proses Pembentukan Batu Bara

Pada awalnya, batu bara merupakan tumbuh-tumbuhan pada zaman prasejarah, yang berakumulasi di rawa dan lahan gambut. Kemudian, karena adanya pergeseran pada kerak bumi (tektonik), rawa dan lahan gambut tersebut lalu terkubur hingga mencapai kedalaman ratusan meter. Selanjutnya, material tumbuh-tumbuhan yang terkubur tersebut mengalami proses fisika dan kimiawi, sebagai akibat adanya tekanan dan suhu yang tinggi. Proses perubahan tersebut, kemudian menghasilkan batu bara yang kita kenal sekarang ini.

Setiap batu bara yang dihasilkan, memiliki mutu (dilihat dari tingkat kelembaban, kandungan karbon, dan energi yang dihasilkan) yang berbeda-beda. Pengaruh suhu, tekanan, dan lama waktu pembentukan (disebut maturitas organik), menjadi faktor penting bagi mutu batu bara yang dihasilkan.

B. Jenis-Jenis Batu Bara

Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, mutu setiap batu bara akan ditentukan oleh faktor suhu, tekanan, serta lama waktu pembentukan. Kesemua faktor tersebut, kemudian dikenal dengan istilah maturitas organik. Semakin tinggi maturitas organiknya, maka semakin bagus mutu batu bara yang dihasilkan, begitu juga sebaliknya. Berdasarkan hal tersebut, maka kita dapat mengidentifikasikan batu bara menjadi 2 golongan, yaitu :

1. Batu bara dengan mutu rendah.

Batu bara pada golongan ini memiliki tingkat kelembaban yang tinggi, serta kandungan karbon dan energi yang rendah. Biasanya batu bara pada golongan ini memiliki tekstur yang lembut, mudah rapuh, serta berwarna suram seperti tanah. Jenis batu bara pada golongan ini diantaranya lignite (batu bara muda) dan sub-bitumen

Selengkapnya download di sini!!


Read More..

Genesa Batubara


Batubara adalah batuan sediment (.padatan ) yang dapat terbakar, berasal dari tumbuhan, yang pada kondisi tertentu tidak mengalami proses pembusukan dan penghancuran yang sempurna karena aktivitas bakteri anaerob, berwarna coklat sampai hitam yang sejak pengendapannya terkena proses fisika dan kimia, yang mana mengakibatkan pengayaan kandungan karbon.

Proses pembentukan batubara dari tumbuhan melalui dua tahap, yaitu :

1. Tahap pembentukan gambut (peat) dari tumbuhan yang disebut proses peatification
Gambut adalah batuan sediment organic yang dapat terbakar yang berasal dari tumpukan hancuran atau bagian dari tumbuhan yang terhumifikasi dan dalam keadaan tertutup udara ( dibawah air ), tidak padat, kandungan air lebih dari 75 %, dan kandungan mineral lebih kecil dari 50% dalam kondisi kering.

2. Tahap pembentukan batubara dari gambut yang disebut proses coalification
Lapisan gambut yang terbentuk kemudian ditutupi oleh suatu lapisan sediment, maka lapisan gambut tersebut mengalami tekanan dari lapisan sediment di atasnya. Tekanan yang meningkatakan mengakibatkan peningkatan temperature. Disamping itu temperature juga akan meningkat dengan bertambahnya kedalaman, disebut gradient geotermik. Kenaikan temperature dan tekanan dapat juga disebabkan oleh aktivitas magma, proses pembentukan gunung api serta aktivitas tektonik lainnya.

Peningkatan tekanan dan temperature pada lapisan gambut akan mengkonversi gambut menjadi batubara dimana terjadi proses pengurangan kandungan air, pelepasan gas gas ( CO2, H2O, CO, CH4 ), penigkatan kepadatan dan kekerasanb serta penigkatan nilai kalor.Komposisi batubara terdiri dari unsur C, H, O, N, S, P, dan unsur unsur lain (air, gas, abu). Secara Horisontal maupun Vertikal endapan batubara bersifat heterogen.Perbedaan secara horisontal disebabkan oleh:

Selengkapnya download di sini



Read More..